sumber : viva.com |
Keyword: LRT Jakarta, integrasi,
depo,statsiun,lincah, ramah
Pemanasan
global menjadi isu lingkungan sejak lama dan merupakan salah satu permasalahan
bumi yang perlu di perhatikan oleh semua lapisan masyarakat. Pemanasan global sendiri diartikan sebgai peristiwa
meningkatnya suhu bumi akibat dari meningkatnya gas-gas rumah kaca seperti
karbon.
Adapun
penyebab dari timbulnya pemanasan global salah satunya oleh gas buangan dari
kendaraan bermotor. Bahkan gas buangan tersebut sangatlah berbahaya untuk
keberlangsungan hidup manusia terhadap kesehatan dan terutama lingkungan.
Menuruk hasil kajian terdahulu dari Study
on the Integratet air quality manajemen Jakarta area ( JICA ,1997 ) dan Reduction Strategy for Greater Jakarta (
ADB ,2002 ) telah menyimpulkan bahwasannya transfortasi member kontribusi utama
terhadap pencemaran udara.
Baru
baru ini LSM Greenpeace memberikan
laporan yang menobatkan bahwa Jakarta menempati peringkat pertama kota
terpolusi udara se-Asia Tenggara dengan perolehan skor 45,3 AVG. Hal itu akibat
jumlah pengguna kendaraan bermotor di Jakarta yang masuk Jakarta sekitar 18
juta kendaraan tiap harinya periode februari 2018. Padahal pada konferensi
tingkat tinggi RIO+20 bahwa pemerintah berkomitmen menurunkan atau mengurangi
emisi gas rumah kaca ( GRK ) sebesar 26%.
Dari
permasalahan tersebut sebenarnya banyak upaya yang bisa di lakukan salah
satunya dengan memilih angkutan atau tranportasi yang ramah lingkungan. Di
Jakarta sendiri tranportasi ramah lingkungan sudah di mulai dengan mengadakan
alat transportasi masal seperti transjakarta, KRL ( Kereta Rel listrik) dan
yang sekarang dengan penambahan MRT dan LRT. Bahkan peralihan bahan bakar yang
ramah lingkungan pun sudah dimulai dengan penggunaan BBG, Biodiesel dan
bioetanol.
Jenis
Sarana
Transportasi Ramah Lingkungan
Ada
banyak pilihan sarana
transportasi yang dikembangkan untuk mengurangi dampak lingkungan akibat
transportasi seperti kebisingan dan polusi udara umumnya mengarah ke penggunaan
kendaraan tidak bermotor maupun penggunaan bahan bakar terbarukan seperti sinar
matahari, listrik dll.beberapa bentuk moda angkutan yang ramah lingkungan
antara lain:
Sepeda.
Sepeda dapat digunakan dengan kecepatan rata-rata 20 km/jam
dan daya jelajah sekitar 1-5 kilometer.Sekarang dikembangkan kelompok-kelompok
masyarakat yang mengusung ide penggunaan sepeda sebagai alternatif alat
transportasi yang ramah lingkungan seperti gerakan Bike-to-Work (B2W). Bahkan
di Jakarta sudah disediakan jalur khusus untuk pengguna sepeda
Sepeda Listrik.
Sepeda listrik menjadi alternative lain sebagai transportasi
yang ramah lingkunga. Dibandingkan dengan sepeda manual yang di gerakan oleh
kaki, sepeda yang digerakkan dengan tenaga listrik baterai yang dapat diisi ulang.
Di samping lebih hemat biaya,bahkan tidak menimbulkan kebisingan dalam
penggunaannya dibandingkan sepeda motor. Kecepatan berkendaraan maksimum jenis
sepeda ini adalah sekitar 40-60 km/jam dengan daya jelajah hingga 60 km.
Kendaraan Hybrid
Kendaraan Hybrid
merupakan kendaraan yang dikembangkan dari bahan yang ultra-ringan tapi sangat
kuat seperti komposit. Sumber tenaganya melalui campuran antara bahan bakar
minyak dan listrik yang dibangkitkan dari putaran mesin kendaraan melalui
teknologi rechargeable energy storage system (RESS). Bahkan kendaraan
jenis ini diklaim sebagai memiliki tingkat polusi dan penggunaan bahan bakar
yang rendah.
Kendaraan berbahan bakar alternatif.
Beberapa teknologi bahan bakar alternatif seperti biodiesel,
ethanol, hydrogen atau kendaraan dengan teknologi yang dapat menggunakan 2
jenis bahan bakar secara bergantian (flexible fuel vehicle).
Kendaraan hypercar.
Kendaraan jenis ini memiliki fitur konstruksi yang sangat
ringan, desain yang aerodinamis, penggerak berbahan bakar hybrid dan
beban aksesoris yang minimal.
Sistem flywheel untuk transportasi masal kereta rel listrik dalam penghematan energy
Kereta rel
listrik ( KRL ) sudah digunakan di
Jakarta sebagai alat transportasi masal dengan daya angkut 400-1 juta jiwa per
hari ( katadata.co.id red.). Karena kereta listrik
ini bisa lebih ramah lingkungan karena tidak menghasilkan asap. Namun permasalahan
Listrik untuk jaringan LAA juga diperoleh dari pembangkitan, dimana sebagian
besar pembangkit listrik di Indonesia adalah tanaga uap( hasil pembakara batu
bara) dan tenaga diesel juga. Artinya polusi yang dihasilkan oleh kereta api
listrik terfokus di lingkungan pembangkitan tetapi dalam jumlah besar.
Mengenai jenis kereta rel listrik
ada tiga jenis pengereman sistem Kereta Rel Listrik (KRL) yaitu pneumatic brake, rheostatic brake, dan regenerative
brake. Pneumatic brake adalah rem
udara yang memanfaatkan udara bertekanan. Sementara Rheostatic
brake dan regenerative brake
adalah pengereman dinamik dimana motor traksi diubah menjadi generator.
Perbedaannya adalah, jika pada rheostatic
brake, energi listrik hasil pengereman ini dibuang menjadi panas di resistor,
maka pada regenarive brake, energi
listrik hasil pengereman dimanfaatkan kembali.
Pada regenerative
energi yang dihasil cukup besar dan dapat dipakai sebagai sumber listrik.
Biasanya energi hasil regenerative
ini disalurkan ke LAA ( listrik aliran atas ) dan dimanfaatkan kereta lain atau
disimpan pada media penyimpan energi. Jika keduanya tidak ada, tidak ada kereta
lain yang berdekatan untuk menerima energi atau tidak adanya media penyimpan
energi, biasanya energi ini dibuang juga ke resistor menjadi rheostatic brake karena jika tidak
dibuang akan menyebabkan LAA ( listrik aliran atas ) overvoltage ( kelebihan tegangan). Karena kabel LAA memiliki batasan
daya hantar listrik, seandainya melebihi maka kawat kabel LAA bisa terbakar.
Setiap tahun, ribuah kWh energi hasil regenerative brake terbuang. Untuk itu
perlu adanya media penyimpan energi yang
nantinya dapat dipakai untuk menyimpan energi hasil regenerative ini. Ada tiga komponen utama jika kita mempelajari
sistem penyimpanan energi hasil regenerative yaitu: media penyimpan, converter,
dan kontrol. Media penyimpan merupakan komponen paling mahal disini. Ada tiga
alternatif untuk media penyimpan energi yaitu: baterai, supercapasitor dan flywheel.
Adalah Flywheel
merupakan media penyimpan energi dimana
energi disimpan dalam bentuk energi kinetik yakni putaran roda. Apabila kita
memutar roda sepeda, pasti akan kita lihat roda berhenti berputar meskipun
kitasudah tidak memutarnya, ini akibat moment inersia dan energi kinetik yang
tersimpan, begitulah prinsip kerja flywheel.
Flywheel mampu mengatasi masalah
charge dan discharge yang cepat tanpa mempengaruhi lifetimenya sehingga sangat
cocok dengan pola operasi KRL/ metro. Pada study LAA DC, ketika terjadi regenerative brake, energi ini
disalurkan ke flywheel melalui
converter yang mengubah listrik DC menjadi AC 3 phasa, yang kemudian
menggerakkan motor, dari motor inilah flywheel diputar, dicharge. Proses
discharge dilakukan dengan menyambungkan flywheel
dengan motor yang kini berubah fungsi menjadi generator. Putaran flywheel
diubah menjadi listrik oleh generator, kemudian listrik AC dari generator
dijadikan listrik DC untuk dapat masuk LAA oleh converter.
Media penyimpan energi ini bisa diletakkan di
kereta maupun di stasiun. Apabila diletakkan di kereta maka perlu ditinjau
ukuran, berat, dan kapasitas simpannya. Selain itu jika diletakkan di kereta,
maka energi yang disimpan hanya dapat dimaanfaatkan oleh kereta itu sendiri.
Lain halnya jika media penyimpan energi ini diletakkan di stasiun, maka semua
kereta yang melakukan regenrative braking
bisa memakainya, dan juga energi ini dapat dimanfaatkan oleh kereta lain bahkan
untuk konsumsi listrik di stasiun.
Dengan
adanya kereta listrik yang memakai sistem flywheel
ini semoga Indonesia dan khususnya Jakarta bisa menurunkan tingkat polusi udara
yang berakibat pada buruknya kualitas udara. Terlebih bisa menurunkan emisi gas
dan semoga target pengurangan emisi sebanyak 26 % bisa tercapai.
Ref
2. Jurnal
“Green Transport : Upaya mewujudkan Transportasi yang Ramah Lingkungan “ .Doni
J Widartono.
3. Jurnal
Ramli Utina “ Pemanasan Global: Dampak dan Upaya meminimalkannya “
4. www.
KataData.com
5. www.
Dishub.jabarprov.go.id