Hujan
mengguyur jalanan menuju Parompong kala kami memburu waktu unuk bisa secepat
mungkin sampai di tujuan kami. Adalah gerbang pintu angin pusdik TNI pada saat
itu di yang ada di piikiran kami, karena kami telah ditunggu rombongan lain
yang akan mendaki Gunung Burangrang. Sesampainya di parompong kami langsung
mencari ojek yang bisa mengantarkan kami ke sana. Sayang ojek yang mangkal
hanya ada satu.
Akhirnya
kami di antar menuju pos atau gerbang komando satu persatu. Kami tidak di antar sampai pintu angin
komando karena tukang ojek tersebut beralasan takut kepada tukang ojek lain
yang berada di sana. Dari sini juga kami masih harus mengojek sampai ke pintu
angin. Dengan kondisi jalan yang licin dan basah serta gerimis.
Setibanya
di pos terlihat enam orang pemuda yang sedang duduk dan bercanda. Kami pun
langsung menghampiri dan berkenalan, karena kami pada saat itu masih belum
kenal secara langsung. Pendakian pun masih harus menunggu rombongan lain yang
masih berada di perjalanan. Hingga
akhirnya kami memutuskan untuk meng-camp dan mendaki besok pagi sekitar jam 3
dikarenakan hujan besar yang secara tiba tiba mengguyur sewaktu breefing.
Gunung dengan ketinggian 2.056 mdpl ini berada
di desa Kertawangi, kecamatan Cisarua Bandung Utara. Mempunyai track hampir
sama seperti Gunung Cikuray Garut menurut hildan ketua rombongan kami. Namun bedanya jalur ini lebih pendek. Dengan tingkat kesulitan yang
berbeda dan medan yang belum kami ketahui.
Sebenarnya
untuk ukuran pemula jalur ini sudah terlalu ekstim karena jalurnya menanjak
terus dan berjurang. Memang di awal
perjalanan hingga beberapa ratus meter jalurnya landai. Kemudian menanjak dan
Ada sekitar lima bukit yang harus kita lalui untuk menuju puncak. Dan tentunya
jalur ini selalu ada tanjakan dan ada turunan yang harus di waspadai. Apalagi
jika hujan turun akan sangat menyulitkan
perjalanan terutama yang tidak memakai standar sepatu untuk tracking.
Di
pintu angin ini ada dua jalur yang sebelah kitri memang untuk jalur menuju
puncak Gunung Burangrang. Jalur lain ini
adalah untuk menuju Situ lembang. Yang merupakan tempat latihan para tentara
indonesia terutama Kopasus. Sebelum meneruskan perjalanan menuju puncak disarankan
melapor ke penjaga pos maksud dan tujuan anda. Sayangkan kemarin kita tidak
menjumpai pos penjaga hingga akhirnya kami melanjutkan saja perjalanan kami.
Waktu
tempuh untuk pemula dari pos ke puncak sekitar 3 jam beda dengan yang sudah
sering atau untuk ukuran pendaki gunung. Waktu yang di gtempus bisa 1,5 jam.
Jumlah pendaki juga bisa mempengaruhi waktu tempuh. Untuk solo saja bisa
memakan waktu tempuh 1,5 jam.
Dalam
mendaki gunung ini bisa dilakukan dengan PP alias pulang pergi tanpa menginap.
Ataupun yang ingin menikmati suasana puncak Burangrang bisa saja menginap.
Sayang lahan yang tersedia di sana terbatas hanya untuk 5 tenda dum saja. Beberapa di tengah perjalanan
juga kami menemui beberapa tenda terpasang. Di sana tidak terdapat pos pos
seperti gunung lainnya. Pada saat itu kami memutuskan untu PP saja.
Bawalah
air minum untuk satu orang minimal 2 liter. Makanan berat siap makan dan ringan
dikala anda lapar dalam perjalanan bisa di makan terutama coklat. Kemudian tali
webbing ataupun sejenisnya yang bisa menbantu anda dalam perjalanan nantinya.
Kamera untuk mengabadikan setiap momen perjalanan anda juga tidak boleh di
lewatkan. Raincaoat perlu untuk menghindari cuaca yang tidak menentu.alat tulis
bisaanda bawa untuk menuliskan kejadian atau hal hal yang di angap penting.
Alat masak seprti nesting dan kompor
lapangandan pisau lapangan serta alat masak lainnya yang bernia masak di
puncak. Terakhir bawa tras bag (
tempat sampah plastik) untuk mengumpulkan sampah dan semuanya bisa anda
masukkan ke dalam tas day pack. Jangan ketinggglan p3k yang bisa membantu
anda dikala anda mengalami luka atau sakit.
Bagi
anda yang berada di luar kota bandung dan ingin mendaki Gunung Burangrang ada
rute yang bisa anda ikuti. Jika anda melewati tol Purbaleunyi berhentilah di
sana kemudian naik angkot hijau jurusan terminal Cicaheum dengan tarif Rp
7.000. Hindari waktu waktu macet sekitar
sore karena akan menbuat anda bad mood.
Kemudian dari Cicaheum langsung naik angkot hijau dengan jurusan ledeng tarif
sama sekitar Rp 7.000 kemudia anda minta petunjuk saja dan minta di arahkan
untuk jurusan ledeng - parompong. Biasanya tarif ledeng parompong Rp 5.000. Kalau
tidak kemalaman biasanya ada angkot atau jalan saja menuju pos komando jaraknya
1 km. kalaupun kemalaman anda bisa naik ojek samapi pos komando harga bisa di
tawar dari Rp 8.000- Rp 10.000. dari pos komando dilanjut dengan pos pintu
angin dengan mengunakan ojek Rp. 10.000 atau carter angkot harga bisa nego saja
di tempat.
Di
pintu angin ini adalah tempat pemberhentian terakhir kedaraan dan sekaligus
awal atau gerbang pendakian. Anda bisa mengambil air secukupnya di sini untuk
pedakian. Disini juga terdapat warung yang menyediakan nasi liwet serta jajanan
lainnya. Ada juga mushola dan jika anda membawa kendaraan pribadi bisa di titip
disin tinggal bicara saja sama petugas yang berada di sana. Untuk motor biaya
parkirnya sekitar Rp 5.000.
Akan
ada banyak pengalaman dalam setiap momen perjalanan. Begitupun dengan gunung
burangrang. Ada kado istimewa setelah andan melalui perjalana panjang itu.
Keindahan panorama pegunungan serta jangan lewatkan “ ranukumbolo jawa barat”
yakni keindahan Situ lembang dari
kejauhan yang kata Ridwan sama seperti ranu kumbolo yang berada di Gunung
Semeru. Jangan lupa selalu menjaga kelestraian hutan tersebut. “Jangan tinggalkan apapun kecuali jejak, jangan ambil
apapun kecuali gambar dan jangan membunuh apapun kecuali waktu”.
.