Minggu, 06 April 2014

Mengintip Ranukombolo di Gunung Burangrang



Hujan mengguyur jalanan menuju Parompong kala kami memburu waktu unuk bisa secepat mungkin sampai di tujuan kami. Adalah gerbang pintu angin pusdik TNI pada saat itu di yang ada di piikiran kami, karena kami telah ditunggu rombongan lain yang akan  mendaki  Gunung Burangrang.   Sesampainya di parompong kami langsung mencari ojek yang bisa mengantarkan kami ke sana. Sayang ojek yang mangkal hanya ada satu.
Akhirnya kami di antar menuju pos atau gerbang komando satu persatu.  Kami tidak di antar sampai pintu angin komando karena tukang ojek tersebut beralasan takut kepada tukang ojek lain yang berada di sana. Dari sini juga kami masih harus mengojek sampai ke pintu angin. Dengan kondisi jalan yang licin dan basah serta gerimis.

Setibanya di pos terlihat enam orang pemuda yang sedang duduk dan bercanda. Kami pun langsung menghampiri dan berkenalan, karena kami pada saat itu masih belum kenal secara langsung. Pendakian pun masih harus menunggu rombongan lain yang masih berada di perjalanan.  Hingga akhirnya kami memutuskan untuk meng-camp dan mendaki besok pagi sekitar jam 3 dikarenakan hujan besar yang secara tiba tiba mengguyur sewaktu breefing.
 Gunung dengan ketinggian 2.056 mdpl ini berada di desa Kertawangi, kecamatan Cisarua Bandung Utara. Mempunyai track hampir sama seperti Gunung Cikuray Garut menurut hildan ketua rombongan kami.  Namun bedanya jalur ini  lebih pendek. Dengan tingkat kesulitan yang berbeda dan medan yang belum kami ketahui.

Sebenarnya untuk ukuran pemula jalur ini sudah terlalu ekstim karena jalurnya menanjak terus dan berjurang.  Memang di awal perjalanan hingga beberapa ratus meter jalurnya landai. Kemudian menanjak dan Ada sekitar lima bukit yang harus kita lalui untuk menuju puncak. Dan tentunya jalur ini selalu ada tanjakan dan ada turunan yang harus di waspadai. Apalagi jika  hujan turun akan sangat menyulitkan perjalanan terutama yang tidak memakai standar sepatu untuk tracking.
Di pintu angin ini ada dua jalur yang sebelah kitri memang untuk jalur menuju puncak Gunung Burangrang.  Jalur lain ini adalah untuk menuju Situ lembang. Yang merupakan tempat latihan para tentara indonesia terutama Kopasus. Sebelum meneruskan perjalanan menuju puncak disarankan melapor ke penjaga pos maksud dan tujuan anda. Sayangkan kemarin kita tidak menjumpai pos penjaga hingga akhirnya kami melanjutkan saja perjalanan kami.
Waktu tempuh untuk pemula dari pos ke puncak sekitar 3 jam beda dengan yang sudah sering atau untuk ukuran pendaki gunung. Waktu yang di gtempus bisa 1,5 jam. Jumlah pendaki juga bisa mempengaruhi waktu tempuh. Untuk solo saja bisa memakan waktu tempuh 1,5 jam.
Dalam mendaki gunung ini bisa dilakukan dengan PP alias pulang pergi tanpa menginap. Ataupun yang ingin menikmati suasana puncak Burangrang bisa saja menginap. Sayang lahan yang tersedia di sana terbatas hanya untuk 5 tenda dum saja. Beberapa di tengah perjalanan juga kami menemui beberapa tenda terpasang. Di sana tidak terdapat pos pos seperti gunung lainnya. Pada saat itu kami memutuskan untu PP saja.

Bawalah air minum untuk satu orang minimal 2 liter. Makanan berat siap makan dan ringan dikala anda lapar dalam perjalanan bisa di makan terutama coklat. Kemudian tali webbing ataupun sejenisnya yang bisa menbantu anda dalam perjalanan nantinya. Kamera untuk mengabadikan setiap momen perjalanan anda juga tidak boleh di lewatkan. Raincaoat perlu untuk menghindari cuaca yang tidak menentu.alat tulis bisaanda bawa untuk menuliskan kejadian atau hal hal yang di angap penting. Alat masak seprti nesting dan kompor lapangandan pisau lapangan serta alat masak lainnya yang bernia masak di puncak. Terakhir bawa tras bag ( tempat sampah plastik) untuk mengumpulkan sampah dan semuanya bisa anda masukkan ke dalam tas day pack.  Jangan ketinggglan p3k yang bisa membantu anda dikala anda mengalami luka atau sakit.
Bagi anda yang berada di luar kota bandung dan ingin mendaki Gunung Burangrang ada rute yang bisa anda ikuti. Jika anda melewati tol Purbaleunyi berhentilah di sana kemudian naik angkot hijau jurusan terminal Cicaheum dengan tarif Rp 7.000. Hindari  waktu waktu macet sekitar sore karena akan menbuat anda bad mood. Kemudian dari Cicaheum langsung naik angkot hijau dengan jurusan ledeng tarif sama sekitar Rp 7.000 kemudia anda minta petunjuk saja dan minta di arahkan untuk jurusan ledeng - parompong. Biasanya tarif ledeng parompong Rp 5.000. Kalau tidak kemalaman biasanya ada angkot atau jalan saja menuju pos komando jaraknya 1 km. kalaupun kemalaman anda bisa naik ojek samapi pos komando harga bisa di tawar dari Rp 8.000- Rp 10.000. dari pos komando dilanjut dengan pos pintu angin dengan mengunakan ojek Rp. 10.000 atau carter angkot harga bisa nego saja di tempat.
Di pintu angin ini adalah tempat pemberhentian terakhir kedaraan dan sekaligus awal atau gerbang pendakian. Anda bisa mengambil air secukupnya di sini untuk pedakian. Disini juga terdapat warung yang menyediakan nasi liwet serta jajanan lainnya. Ada juga mushola dan jika anda membawa kendaraan pribadi bisa di titip disin tinggal bicara saja sama petugas yang berada di sana. Untuk motor biaya parkirnya sekitar Rp 5.000.
Akan ada banyak pengalaman dalam setiap momen perjalanan. Begitupun dengan gunung burangrang. Ada kado istimewa setelah andan melalui perjalana panjang itu. Keindahan panorama pegunungan serta jangan lewatkan “ ranukumbolo jawa barat” yakni keindahan  Situ lembang dari kejauhan yang kata Ridwan sama seperti ranu kumbolo yang berada di Gunung Semeru. Jangan lupa selalu menjaga kelestraian hutan tersebut. “Jangan tinggalkan apapun kecuali jejak, jangan ambil apapun kecuali gambar dan jangan membunuh apapun kecuali waktu”.



.